BONI sadar, peluang menjadi distributor gula aren CV Delima milik Akun cukup besar. Tiap bulan, Delima memproduksi sekitar 150 ton gula aren dan mempunyai stok sebanyak 1.000 ton. Stok itu kelewat besar lantaran Akun tak mampu menjual. “Paling tidak, kami membantu menyelesaikan persoalan,” terang Boni.
Dari pertemuan, Akun sepakat memberikan waktu selama enam bulan kepada Boni memasarkan gula arennya. Akun memberikan batas pengambilan Rp 50 juta sekali ambil. Tapi, Akun minta jaminan sertifikat tanah. Soalnya, Akun memakai sistem ambil dulu, bayar belakangan.
Boni sempat keder ketika Akun meminta jaminan sertifikat. “Keluarga saya tak mau melepas sertifikat rumah,” katanya. Untung dia punya teman broker tanah yang sedang butuh duit. Boni meminjam sertifikat temannya selama enam bulan dengan membayar Rp 2,6 juta.
Boni sadar, saat memutuskan masuk bisnis ini dia menghadapi risiko besar. Tapi, Boni juga melihat peluang untung tak kalah besar. “Sebenarnya banyak permintaan produk ini, tapi pasokan kurang,” ucapnya. Dua rekannya, Abi dan Lili, lebih banyak menggarap pasar. Sedangkan Boni lebih menekuni manajemen bisnis.
Untuk pemasaran, Boni langsung menyasar agen-agen besar di Bogor dan Jakarta, seperti di Pasar Anyar, Pasar Bogor, dan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. “Buat apa ke penjual kecil, lebih baik pasok langsung ke agen besar,” ungkapnya optimistis. Tak heran, dalam minggu pertama, Boni lewat bendera usaha Libinar langsung menjual 30 ton gula ke Bogor.
Boni menjual gula aren dalam kardus kemasan 10 kilogram. Harga jualnya Rp 50.000 per 10 kilogram untuk kualitas I dan Rp 45.000 untuk kualitas II. Ia mengambil untung tiap kilogram antara Rp 100 sampai Rp 150. Dalam dua minggu pertama, Boni sudah memasok 40% kebutuhan gula aren di Bogor.
Boni menjual gula aren dalam kardus kemasan 10 kilogram. Harga jualnya Rp 50.000 per 10 kilogram untuk kualitas I dan Rp 45.000 untuk kualitas II. Ia mengambil untung tiap kilogram antara Rp 100 sampai Rp 150. Dalam dua minggu pertama, Boni sudah memasok 40% kebutuhan gula aren di Bogor.
Setelah berjalan empat bulan, Akun puas dengan kinerja Boni. Ia semakin mempercayai Boni menjadi distributor utama gula aren Delima. Apalagi, dalam sebulan, perputaran duit bisnis Boni ini mencapai Rp 150 juta dengan rata-rata penjualan per minggu 50 ton.
Pesaing utama bisnis distribusi gula aren Boni memang datang dari industri rumahan. Kendala mereka biasanya keterbatasan pasokan. Makanya, Boni menjamin pasokan yang tetap dan kontinyu. Berbekal ini, Boni berani menggarap pasar lebih luas. “Berapa pun pesanan pasti akan dipenuhi,” katanya.
Supaya pasokan terhadap agen bisa cepat dikerjakan, Boni membangun pusat distribusi sendiri. Ia menyewa gudang di Pasar Cibinong, Bogor, dan menyimpan stok gula aren sebanyak 15 ton. “Jika ada permintaan mendadak, tak perlu menunggu kiriman dari pabrik,” katanya.
Saat ini Boni mulai menggarap pasar Jakarta. “Kami juga sedang bernegosiasi dengan peminat gul aren dari Singapura,” ujarnya.
dikutip dari tulisan :Rizky Herdiansyah
posted by kontan on 05/27/08link : kontan-online